Selasa, 17 Mei 2011

Kepemimpinan Kharismatik Osama bin Laden Tetap Ada!!


KEBERHASILAN militer Amerika Serikat (AS) dalam operasi militer membunuh Osama bin Laden beberapa waktu lalu disambut bahagia oleh rakyat AS. Pasalnya mereka menganggap dengan kematian Osama bin Laden maka semangat para pengikutnya Osama akan padam dan dengan sendirinya serta akan melunturkan kepercayaan akan perjuangan mereka.

Kepemimpinan kharismatik mungkin sebutan itulah yang pantas disematkan pada perilaku kepemimpinan Osama bin Laden. Suatu kepemimpinan yang menurut Max Weber merupakan bentuk pengaruh yang didasarkan pada persepsi para pengikut bahwa pemimpin tersebut dikaruniakan kemampuan-kemampuan yang luar biasa.
Karisma yang muncul saat terjadi krisis sosial layaknya yang tengah terjadi di dunia Arab kini.

Kepemimpinan kharismatik merupakan kepemimpinan yang dapat tumbuh dengan subur atas pekerjaan yang memiliki kebutuhan ideologis tinggi layaknya perjuangan yang kini tengah dilakukan oleh Osama bin Laden dan pengikutnya. Kepemimpinan kharismatik menyuplai harapan yang tinggi akan kinerja dan hasil dari kinerja tersebut. Maka kepemimpinan Osama bin Laden membawa rasa percaya diri yang besar atas para pengikutnya.

Namun kepemimpinan jenis ini seringkali merupakan fenomena yang bersifat sementara sebab ia lebih bergantung kepada identifikasi pribadi sang pemimpin. Sisi gelap dari kepemimpinan jenis ini kerap kali menjebak organisasi sehingga sulit menemukan figur pengganti yang cocok dan sepadan dengan sang pemimpin. Maka ketika sang pemimpin pergi, kasus yang seringkali terjadi adalah pekerjaan menjadi mandeg karena tak ada lagi pasokan motivasi dan kepercayaan diri.

Maka tak salah ketika Osama bin Laden dikabarkan telah tewas, AS sangat puas dan berbangga hati. Sebab tak ada lagi ikon perjuangan yang menimbulkan antusiasme di antara para pengikut Osama bin Laden. Namun prediksi tentu tidak sesederhana yang dikira. Pemimpin kharismatik tentu memikirkan kemungkinan bahwa dia harus pergi dari para pengikutnya layaknya Osama bin Laden kini.

Untuk itu sang pemimpin biasanya melakukan suatu proses yang dapat menjamin perjuangan akan terus berlanjut meski tanpa dirinya, yakni melalui ‘rutinisasi kharisma’. Proses ini merupakan proses untuk merekrut dan mengkader orang-orang baru untuk kemudian dibentuk kharismanya layaknya pemimpin sebelumnya.

Bila proses ini berjalan lancar maka kemanapun sang pemimpin pergi, pindah ataupun meninggal para pengikut akan tetap setia mengamalkan setiap nilai dan motivasi yang didapatnya.

Proses ini telah terbukti dengan sosok Imam Hasan Al-Banna di Mesir, sang pembaharu yang memiliki kharisma yang amat kuat. Meskipun dia mati di usia sangat muda, namun pengaruhnya terus bertahan hingga kini. Begitulah ketika ruh jihad dikombinasikan dengan pemimpin kharismatik, maka akan sulit untuk menumbangkannya.

Seperti halnya Hasan Al-Banna, dapat dipastikan bahwa Osama bin Laden pun telah melakukan ‘rutinisasi kharisma’ dalam rangka menjaga jalannya perjuangan. Oleh sebab itu AS sepertinya belum bisa bernafas lega, sebab masih ada Osama-osama lain yang akan bermunculan untuk kemudian menjaga dan memperjuangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh Osama bin Laden.

Heru Cahyono, Mahasiswa Fakultas Dakwah Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN SUnan Kalijaga Yogyakarta 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar