Minggu, 03 April 2011

Pembicaraan Informatif


Pembicaraan Informatif Dalam Dakwah

Pengertian dari pembicaraan informatif adalah pembicaraan yang memberikan info atau keterangan yang bisa langsung dimengerti oleh orang yang membaca atau mendengarkannya, sehingga tidak akan timbul pertanyaan lagi. Jika dikaitkan dengan proses atau metode dalam berdakwah, tentunya Da’I harus bisa menyampaikan risalah atau materi yang disampaikan kepada mad’u dengan secara gamblang, mudah dipahami dan dimengerti oleh mad’u/audien sehingga audien langsung mengerti apa yang di sampaikan oleh da’I dan dapat melaksanakan atau mengimplementasikan pesan-pesan yang disampaikan.
Pembicaraan informatif adalah salah satu cara atau strategi dakwah agar mad’u bisa lebih cepat memahami Islam. Jika kita melihat sejarah Rasulullah SAW dalam berdakwah beliau banyak sekali menggunakan metode atau cara yang bisa kita tiru, yaitu salah satunya adalah meneliti masyarakat. Pada waktu itu beliau baginda Rasulullah SAW dalam meneliti keadaan masyarakat dengan berdagang dan melakukan perjalanan ribuan mil ke sebelah utara Jazirah Arab. Dalam perjalanannya, Rasulullah SAW berhubungan dengan berbagai ragam orang dari berbagai bangsa, suku, ras, agama, bahasa, tradisi, dan kebudayaan, dengan bermacam watak dan sifatnya.
Dalam perjalanan ini, beliau mengadakan fact-finding, (menghimpun data dan fakta) mengenai berbagai aspek hidup dan kehidupan berbagai bangsa. Hal ini menjadi pengalaman dan pengetahuan beliau tentang geografis, sosiologis, etnografis, religious, psikologis, antropologis, karakter dan watak dari berbagai bangsa. Pengetahuan tentang situasi dan kondisi ini sangat bermanfaat dalam menentukan taktik, strategi dan metode perjuangannya.
Dari data dan fakta yang menjadi pengetahuan dan pengalamannya itu, Rasulullah saw sering mengadakan tafakur (merenung), dan kadang-kadang berkhalwat, bersemedi (tahannus) di suatu tempat sunyi yang terkenal dengan Gua Hira. Di tempat inilah beliau mengolah, menganalisis, mengklarifikasi, dan mengambil kesimpulan yang akan menjadi bahan pertimbangan dalam sikap, langkah, dan pendekatan strategi perjuangan hidup dan kehidupannya. Objektivitas, akurasi, dan validitas hasil penelitian dan perenungan itu tidak diragukan lagi karena beliau termasyhur sebagai orang jujur (al-amin). Kesimpulan utama dari hasil penelitian dan perenungan adalah masyarakat Arab harus diselamatkan dari jurang kehancuran serta membangun landasan yang baru. Upaya kerja keras Rasulullah saw dalam mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapinya itu, kemudian dijemput oleh hidayah ilahi dengan turunnya wahyu pertama, lima ayat surat al-alaq. Dengan ayat Al-Qur’an yang mulia inilah, dimulai kegiatan dakwah dan risalah Islamiyah yang ditugaskan kepada Muhammad Ibn Abdillah untuk disampaikan kepada segenap manusia, melalui pembinaan dan pendidikan yang berdasarkan la ilaha illa al-llah (nilai dasar ketahuidan).
Sama dengan kita, ketika akan berdakwah di masyarakat masa sekarang. Kita harus melihat dan meneliti keadaan masyarakat yang akan kita dakwahi tersebut. Latar belakang lingkungan masyarakat harus kita ketahui, baik dari pekerjaannya, wataknya, sosiologisnya dan lain sebagainya. Setelah kita mengetahui keadaan masyarakat tersbut, barulah kita bisa menyusun bahan dakwah yang akan diperbincangkan atau disampaikan dengan baik dan sistematis, sehingga apa yang menjadi maksud dalam perbincangan informatif dapat terwujud.
Tidak cukup hanya dengan memberikan dakwah kepada masyarakat secara informatif saja, karena masih ada tanggung jawab yang harus kita kerjakan. Turunnya wahyu pertama kali diterima Rasulullah SAW membuat beliau menjadi pendidik dan pembimbing masyarakat (social educator) yang mana ini harus kita tiru untuk menjadi pendidik dan pembimbing masyarakat. Caranya yaitu dengan system kaderisasi dengan membina beberapa orang yang ada dimasyarakat. Kemudian orang-orang yang dibina ini diberi tugas untuk menyebarkan ajaran Islam ke berbagai penjuru daerah setempat.
Dari uraian yang kami sampaikan di atas, dapat disimpulkan beberapa prinsip dalam perbincangan informatif dakwah yaitu, sebagai berikut:
1. Mengetahu medan (mad’u) melalui penelitian dan perenungan.
2. Melalui perencanaan pembinaan, pendidikan dan pengembangan serta pembangunan masyarakat.
3. Melalui cara dan tindakan yang akomodatif, toleran, dan saling menghargai.
4. Melalui nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan dan demokratis.
5. Menggunakan bahasa daerah setempat, melalui kadar kemampuan masyarakat sekitar.
6. Melalui uswah hasanah dan syuhada ala an-nas, dan melalui peringatan, dorongan dan motivasi.
7. Yang terakhir dalam prinsip perbincangan informatif dalam dakwah ialah dengan cara lemah lembut.

Daftar Pustaka
Amahzun, Muhammad, Manhaj Dakwah Rasulullah (Manhajun Nabiyy fid Da’wah min Khilalis Sirah ash-Shahihah: al-Ma’rifah, at-Tarbiyah, ath-Thakhthith, at-Tanzhim), terj. Anis Maftukhin dan Nandang Burhanuddin, Jakarta: Qisthi Press, 2004.
Jada, Al-, Ahmad, Meneladani Kecerdasan Emosi Nabi (Wallahu Ya’shimuka Minannas) terj. Abdurrahim Ahmad, Jakarta: Pustaka Inti, 2004.
Mubarakfuri, Al-, Syaikh Shafiyur Rahman, Sejarah Hidup Muhammad; Sirah Nabawiyah (ar-Rahiq al-Makhutum Bahtsun fi as-Sirah an-Nabawiyah ‘ala Shahibiha afdhal as-Shalat was-Salam), terj. Rahmat, Jakarta: Robbani Press, 2002.
Muhyiddin, Asep dan Syafei, Ahmad, Agus, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 2002

1 komentar: