Sabtu, 02 April 2011

Nama-Nama Qur'an dan Tafsirnya


Nama-Nama Al-Qur’an
1. Al-Furqan “memisahkan antara yang hak dari yang bathil” (QS. Al-Furqan: 1)
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (manusia dan jin).”

Tafsir/Indonesia/Depag/Surah Al-Furqan ayat 1
Pada ayat ini Allah memuji diri-Nya dengan menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad saw. yang disebutnya "hamba-Nya". untuk menjadi peringatan bagi alam semesta (manusia dan jin). Dengan pujian terhadap diri-Nya karena Dia menurunkan Alquran kepada Nabi Muhammad dapatlah dipahami bahwa Alquran itu adalah suatu kitab yang amat penting dan amat tinggi nilainya di sisi Allah, karena Alquran itu adalah petunjuk dan pedoman hidup bagi makhluk-Nya yang dimuliakan-Nya yaitu manusia, sedangkan ciptaan-ciptaan lainnya baik di langit maupun di bumi adalah untuk kepentingan manusia itu sendiri. Allah tidak menyebut Alquran tetapi Al Furqan, pada ayat ini karena Alquran itu adalah pembeda yang hak dan yang batil antara petunjuk dan kesesatan dan berbeda dengan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Kitab-kitab yang sebelumnya diturunkan hanya untuk suatu umat di masa itu tetapi Alquran diturunkan untuk seluruh umat manusia di masa Nabi Muhammad dan seterusnya di masa sesudahnya sampai hari kiamat, karena nabi-nabi sebelum Muhammad saw hanya diutus untuk kaumnya sedang Nabi Muhammad diutus untuk manusia di segala masa dan di semua tempat. Demikian pula Allah tidak menyebut nama Muhammad atau Rasul-Nya tetapi menyebut "hamba-Nya" karena hendak memuliakan-Nya dengan gelar itu. Manusia yang benar-benar memperhambakan dirinya kepada Allah mengaku ke-Esaan dan kekuasaan-Nya, taat dan patuh menjalankan perintah-Nya selalu menjadikan petunjuk-Nya sebagai pedoman hidupnya, mencintai Allah secara hakiki lebih daripada apapun di dunia ini, itulah hamba Allah yang hakiki, hamba Allah terkandung di dalam Surat Al Furqan ini. Di dalam ayat-ayat lain Allah menyebut Nabi Muhammad saw dengan predikat "Hamba-Nya" Seperti firman-Nya:


سبحان الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى الذي باركنا حوله

Artinya:
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidilharam ke Masjidilaksa yang telah Kami berkati sekelilingnya. (Q.S. Al Isra': 1)
Dan firman-Nya:

وأنه لما قام عبد الله يدعوه كادوا يكونون عليه لبدا

Artinya:
Dan bahwasanya, tatkala "hamba Allah" (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat) hampir saja jin-jin itu berdesak-desakan mengerumuninya. (Q.S. Al Jin: 19)
Dan firman-Nya:

الحمد لله الذي أنزل على عبده الكتاب ولم يجعل له عوجا
Artinya:
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya" Al Kitab (Alquran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya. (Q.S. Al Kahfi: 1)
Setelah Allah menyebutkan diri-Nya Yang menurunkan Al Furqan kepada hamba-Nya, barulah Dia mensifati diri-Nya bahwa Dialah pemilik langit dan bumi dan yang berkuasa atas keduanya mengutus dan mengurusnya menurut hikmah kebijaksanaan-Nya sesuai dengan kepentingan dan kemaslahatan mempunyai anak sebagaimana dituduhkan oleh kaum Nasrani, orang-orang Yahudi dan kaum musyrikin, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya:

وقالت اليهود عزير ابن الله وقالت النصارى المسيح ابن الله ذلك قولهم بأفواههم يضاهئون به قول الذين كفروا من قبل قاتلهم الله أنى يؤفكون
Artinya:
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair adalah putra Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih adalah putra Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allahlah mereka. Bagaimana mereka sampai berpaling. (Q.S. At Taubah: 30)
Dan firman-Nya:

فاستفتهم ألربك البنات ولهم البنون أم خلقنا الملائكة إناثا وهم شاهدون ألا إنهم من إفكهم ليقولون ولد الله وإنهم لكاذبون أصطفى البنات على البنين
Artinya:
Tanyakanlah (Ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah): "Apakah untuk tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki. Atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan, dan mereka menyaksikan(nya)? Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: "Allah beranak". Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. Apakah Tuhan memilih (mengutamakan) anak-anak perempuan daripada anak laki-laki? (Q.S. As Saffat: 149-153).
Selanjutnya Allah menyatakan lagi bahwa Dia tidak bersekutu dengan lainnya dalam kekuasaan-Nya, hanya Dialah yang patut disembah dan kepada-Nya sajalah, manusia harus memohonkan sesuatu, bukan seperti yang dilakukan oleh manusia-manusia yang telah sesat yang menyembah makhluk-Nya seperti menyembah manusia, berhala dan benda-benda lainnya. Kemudian Allah menyatakan pula bahwa Dia-lah Pencipta segala sesuatu sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya dan mengaturnya menurut kehendak dan ilmu-Nya.
Ringkasnya segala sesuatu dalam alam ini baik di langit maupun di bumi adalah makhluk-Nya. Dialah Penciptanya tak ada Pencipta selain Dia tak sekutu bagi-Nya yang patut disembah, semua berada di bawah kekuasaan-Nya dan tunduk patuh kepada Sunah dan peraturan yang telah ditetapkan-Nya. Janganlah sekali-kali terbayang atau terlintas dalam pikiran manusia bahwa Dia mempunyai anak atau mempunyai sekutu.

2. Al-Mau’idhah “nasihat” (QS. Yunus: 57)
“Hai manusia, sesungguhnya telah dating kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

Kemudian daripada itu Allah swt. berseru kepada sekalian manusia, bahwa kepada mereka telah didatangkan kitab Alquran melalui Rasul-Nya.
Di dalamnya tersimpul pedoman-pedoman hidup yang sangat berguna bagi kehidupan mereka.
Di dalam ayat ini disebutkan pedoman-pedoman hidup itu sebagai jawaban atas keingkaran mereka terhadap ayat-ayat Allah dan ancaman-ancaman-Nya. Ayat ini menyimpulkan tujuan-tujuan Alquranulkarim dalam memperbaiki jiwa manusia pada 4 perkara:
1. Mauizah, yaitu pelajaran dari Allah kepada seluruh manusia agar mereka terbimbing mencintai yang hak dan benar, serta menjauhi perbuatan yang batil dan jahat, sehingga pelajaran ini betul-betul dapat tergambar dalam perbuatan mereka.

2. Syifa', yaitu penyembuh bagi penyakit yang bersarang di dalam dada manusia, seperti penyakit syirik, kufur dan munafik termasuk pula semua penyakit jiwa yang mengganggu ketenteraman jiwa manusia, seperti putus harapan, lemah pendirian, memperturutkan hawa nafsu, menyembunyikan rasa hasad dan dengki terhadap semua manusia, perasaan dengki dan menyembunyikan permusuhan, mencintai kebatilan dan kejahatan serta membenci kebenaran dan keadilan.

3. Hudan, yaitu petunjuk kepada jalan yang lurus yang menyelamatkan manusia dari iktikad yang sesat dengan jalan membimbing akal dan perasaannya agar beriktikad yang benar dengan memperhatikan bukti-bukti ke jalan Allah, serta membimbing mereka agar giat beramal dengan jalan mengutamakan kemaslahatan yang akan mereka dapati dari amal yang ikhlas itu serta menjalankan aturan hukum yang berlaku, mana perbuatan yang boleh dilakukan dan mana perbuatan yang harus dijauhkan.

4. Rahmah, yaitu karunia Allah yang diberikan kepada orang-orang mukmin yang dapat mereka petik dari petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam Alquran. Orang-orang mukmin yang meyakini dan melaksanakan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam Alquran itu akan merasakan buahnya. Mereka akan hidup tolong-menolong, sayang menyayangi, bekerja sama dengan menegakkan keadilan, menumpas kejahatan dan kekejaman, serta saling bantu-membantu untuk memperoleh kesejahteraan.

Allah swt. berfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
Artinya:
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka.

(Q.S. Al-Fath: 29)
Dan firman-Nya:
ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ
Artinya:
Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.

(Q.S. Al-Balad: 17)
Sifat-sifat yang empat yang terkandung dalam ayat ini diciptakan Allah sesuai dengan fitrah kejadian manusia itu, artinya menurut asal kejadian manusia itu mempunyai kecenderungan untuk menerima nasihat-nasihat yang baik, menerima petuah-petuah yang dapat mengobati kegoncangan jiwanya, menerima petunjuk-petunjuk yang dapat dipedomani untuk kebahagiaan hidupnya dan suka hidup damai, kasih-mengasihi dan sayang-menyayangi di antara mereka.

Sifat rahmah dikhususkan buat orang mukmin di dalam ayat ini, sebab merekalah yang suka mempedomani Alquran dan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.
Sedang orang-orang kafir dan orang-orang musyrik tidak mau mempercayai apalagi akan mengerjakan kandungan isinya.

3. Ar-Ruh “Roh” (QS. Asy Syura: 52)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Asy Syuura 52

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (52)

Allah SWT menerangkan bahwa sebagaimana Dia menurunkan wahyu kepada Rasul-rasul terdahulu Dia menurunkan juga wahyu kepada Nabi Muhammad berupa Alquran sebagai rahmat Nya. Selanjutnya Allah SWT menjelaskan bahwa Muhammad saw sebelum mencapai umur empat puluh tahun dan berada di tengah-tengah kaumnya, belum tahu apa Alquran itu dan apa iman itu, dan begitu juga dia belum tahu apa syariat itu secara terperinci dan pengertian tentang hal-hal yang mengenai wahyu yang diturunkannya, tetapi Allah menjadikan Alquran itu cahaya terang benderang yang dengannya Allah SWT memberi petunjuk kepada hamba-hamba yang dikehendaki Nya dan membimbingnya kepada agama yang benar, yaitu agama Islam.
Sebagaimana firman Allah SWT:

قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى

Artinya:
Katakanlah: "Alquran itu adalah petunjuk dan penawar hati bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbat sedangkan Alquran itu adalah suatu kegelapan bagi mereka". (Q.S. Fussilat: 44) dan firman Nya:

إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ

Artinya:
Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus". (Q.S.
Al Isra: 9)

Dengan cahaya Alquran itulah, Allah SWT memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus, agama yang benar.

4. Al- Khair “Kebaikan”(QS. Ali Imran: 103)
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.”

Dan hendaklah mereka berpegang teguh kepada Allah dan ajaran Nya dan selalu mengingat nikmat yang dianugerahkan Nya kepada mereka. Dahulu di masa jahiliah mereka bermusuh-musuhan sehingga timbullah perang saudara yang beratus-ratus tahun lamanya, seperti perang antara kaum `Aus dan Khazraj. Maka Allah telah mempersatukan hati mereka dengan datangnya Nabi Muhammad saw. dan mereka telah masuk ke dalam agama Islam dengan berbondong-bondong. Allah telah mencabut dari hati mereka sifat dengki dan memadamkan dari mereka api permusuhan sehingga jadilah mereka orang-orang-orang yang bersaudara saling cinta mencintai menuju kebahagiaan bersama.
Juga karena kemusyrikan, mereka berada di tepi jurang neraka, hanya terhalang oleh maut saja. Tetapi Allah telah menyelamatkan mereka. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat Nya, agar kaum muslimin mendapat petunjuk dengan sebaik-baiknya dan mensyukuri nikmatnya agar supaya nikmat itu terpelihara.

5. Al-Huda “Yang Memimpin” (QS. Al Jinn: 13)
“Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur’an), kami beriman kepadanya. Barang siapa yang beriman Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.”

Dalam ayat ini Allah melanjutkan keterangan jin, bahwa ketika mereka mendengar Alquran yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar mereka terus beriman kepadanya serta mengakui bahwa Alquran itu dari Allah.

Menurut Qatadah arti ayat ini: "Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan membenarkan apa yang dibawa oleh para Rasul tidak ada kekhawatiran baginya tentang pengurangan pahala kebajikannya dan tidak ada pula dosa orang lain yang harus dipertanggunjawabkannya". Maksudnya ia akan menerima pahala amal baik sepenuhnya tanpa pengurangan sedikit pun.

Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Jin 13
وَأَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَى آمَنَّا بِهِ فَمَنْ يُؤْمِنْ بِرَبِّهِ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَلَا رَهَقًا (13)
(Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk) yakni Alquran (kami beriman kepadanya. Barang siapa beriman kepada Rabbnya, maka ia tidak usah takut) sesudah lafal yakhaafu diperkirakan adanya lafal huwa (akan kekurangan) pengurangan pahala kebaikannya (dan tidak pula takut akan dizalimi) diperlakukan secara zalim, yaitu dengan penambahan kesalahan dan dosanya.

Sumber: Tafsir/Indonesia/Depag

Tidak ada komentar:

Posting Komentar