Jumat, 12 Agustus 2011

Sistem Sosial Indonesia 3

Dalam sosiologi, ada berbagai macam permasalahan. Salah satunya adalah sistem sosial. Banyak para ahli yang mendefinisikan sistem sosial, namun ada satu inti yang harus dipegang dalam setiap sistem sosial. Bahwa dalam setiap sistem sosial selalu ada hubungan timbal balik yang konstan. Konstan artinya apa yang terjadi kemarin merupakan perulangn dari sebelumnya, dan besok akan diulang kembali dengan cara yang sama. Dan karena sifatnya yang konstan itulah, maka pola hubungan interaksi itu memiliki sistem tertentu.
Ada tiga pendekatan dalam sosiologi mengenai apa itu masyarakat:
  1. Masyarakat sebagai sistem sosial
  2. Masyarakat sebagai sistem interaksi
  3. Masyarakat sebagai pertukaran sosial
Dari ketiga pendekatan diatas hanya ada satu inti yang ditemukan dalam ketiga paradigma tersebut yaitu saling ketergantungan.
Elemen-elemen yang peru diketahui mengenai konsep saling ketergantungan:
  • Minimal ada dua bagian yang saling berhubungan
  • Saling ketergantungan tidak selamanya seimbang
  • Adanya saling membutuhkan antar bagian dalam sistem itu
Menurut Comte, inti organisme sosial adalah keteraturan dan keseimbangan sosial seperti yang ditemukan dalam makhluk biologis. Organisme sosial yang dikemukakan Spencer sedikit berlainan dengan Comte. Analogi yang diambil Spencer dari organisme biologis diterapkan seluruhnya pada organisme sosial. Proses evolusi yang dialami makhluk biologis juga berlaku untuk masyarakat. Oleh karena itu konsep-konsep seperti pertumbuhan, perkembangan kompleksitas, diferensiasi, evolusi, juga dipergunakan untuk menjelaskan masyarakat.
Durkheim memiliki pokok pikiran tentang masyarakat. Pokok pikiran tersebut sangat dipengaruhi oleh paham-paham organisme biologis seperti halnya Comte dan Spencer. Pokok pikiran Durkheim tentang masyarakat antara lain:
  • Masyarakat merupakan keseluruhan yang lebih dari hanya sekedar kumpulan atau tumpukan indivodu belaka
  • Masyarakat adalah fakta sosial. Karena itu fakta sosial sebagai keseluruhan terdiri dari fakta sosial-fakta sosial yang tergantung satu sama lain
  • Saling ketergantungan harus dilihat dalam konteks fakta sosial atau keseluruhan
  • Dalam pandangan Durkheim keseluruhan mempengaruhi individu, namun dalam pandangan Spencer, individu mempengaruhi keseluruhan
  • Dasar kehidupan masyarakat adalah keteraturan sosial
  • Saling percaya jauh lebih penting daripada rasio
Durkheim Tentang Komunitas
  1. Kesadaran Kolektif
Kata kesadaran merupakan terjemahan dari istilah inggris conciousness yang maksudnya kita sadar akan adanya kelompok dimana kita termasuk. Kolektif sendiri bisa menunjuk pada kelompok dan bisa juga menunjuk pada umat manusia seluruhnya. Kesadaran kolektif berhubungan dengan dua elemen yang saling berkaitan yakni perasaan termasuk dalam suatu komunitas tertentu dan munculnya kewajiban moral. Oleh karena itu konsep kesadaran disini lebih berhubungan dengan perasaan dari pada dengan rasio.
Dalam penjelasan durkheim tentang homo duplex, kelihatan bahwa individu atau semua hal yang berhubungan dengan diri egoistik tunduk pada fakta sosial. Kesadaran kolektif adalah fakta sosial. Fakta sosial kurang lebih sama dengan social current. Social current selalu berhubungan dengan ritus dan ritual yang banyak terjadi dalam agama, upacara kenegaraan dan lain-lain
  1. Durkheim tentang Solidaritas Sosial
Menurut Durkheim, elemen-elemen yang penting dalam solidaritas sosial adalah persahabatan, persatuan, tanggung jawab moril dan kebersamaan. Dalam sosiologi Durkheim, konsep solidaritas sosial itu merupakan tolok ukur untuk membedakan masyarakat tradisional dan modern dengan semua sifat-sifatnya. Berikut ini perbedaaan-peerbedaan masyarakat berdasarkan solidaritasnya:
Pembeda Solidaritas Organik Solidaritas Mekanik
Masyarakat Modern Tradisional
Pembagian kerja Tinggi Rendah
Hukum Sipil administratif Kriminal
Sifat hukum Restitutif Represif
Kesadaran kolektif Rendah Tinggi
tekanan Perbedaan/individu Persamaan/kolektif
Kedua tipe solidaritas sosial diatas ditemukan pada setiap masyarakat. Yang berbeda hanyalah tekanannya saja. Durkheim juga membicarakan adanya penyimpangan. Dengan adanya penyimpangan, maka kesadaran kolektif menjadi lebih tegas. Karena penyimpangan berfungsi mempersatukan dan memperkuat kesadaran kolektif.
Weber tentang Masyarakat Majemuk
Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari banyak elemen/asosiasi yang bebas dan berdiri sendiri, yang menjamin kebebasan individu untuk memilih asosiasi mana yang diinginkannya, dan untuk kebebasan itu baik asosiasi maupun individu memperoleh jaminan hukum dari pemerintah/negara. Secara eksplisit pokok-pokok pikiran dalam pluralisme berhubungan dengan disiplin sosiologi dan disiplin politik. Namun, dalam sosiologi weber, kedua disiplin ini saling bertemu. Sangat jelas hubungannya dengan perebutan  kekuasaan yang diperoleh dari suara individu secara perorangan. Weber memperlihatkan dengan jelas pentingnya individu itu.
Ada tiga macam keteraturan menurut Weber yang mengikat orang dengan sesamanya yaitu tatanan ekonomi, tatanan politik, dan tatanan kebudayaan. Masing-masing tatanan ini mempengaruhi perilaku manusia dengan hasil yang tidak sama untuk semua orang. Bila masuk dalam bidang ekonomi, individu diminta untuk menyesuaikan dirinya dengan pola perilaku yang sudah ditentukan menurut prinsip-prinsip ekonomi seperti harus rasional, rajin, ulet, pandai menggunakan waktu luang dan sebagainya. Berdasarkan prinsip-prinsip itulah orang berkumpul dan membuat perseroan terbatas. Hal yang sama juga berlaku untuk politik dan kebudayaan. Inilah kenyataan yang menjadi gagasan Weber tentang masyarakat majemuk.
Tatanan ekonomi adalah tatanan yang paling impersonal. Artinya dia tidak pandang bulu, dia tidak mempermasalahkan apakah orang yang terihat dalam pertukaran itu berstatus tinggi atau rendah. Tatann ekonomi yang impersonal ini sekaligus bersifat rasional. Hubungan antara tatanan ekonomi dengan individu dinyatakan Weber dalam konsep probabilita. Berdasarkan hubungan probabilita ini lalu Weber sampai pada pembagian tipologi tindakan sosial yaitu rasional intrumental, rasional berorientasi nilai, tradisional dan afektif. Keempatnya adalah tipe ideal. Tindakan manusia biasanya merupakan tipe campuran dari keempat atsu tiga atau keduanya.
Tatanan ekonomi, politik dan kebudayaan tidak sama dengan dimensi privilese, politik dan kebudayaan dalam stratifikasi sosial. Keduanya berhubungan erat yang hanya dapat ditemukan dalam individu. Individu dalam pandangan Weber sanngat ditekankan. Dan karena individu inilah maka ketiga tatanan diatas hubungannya dengan stratifikasi sosial, membentuk satu keseluruhan jaringan pola hubungan sosial yang kurang lebih bersifat konstan, dan yang mempunyai arti subjektif bagi individu yang termasuk dalam tatanan itu. Inilah yang disebut dengan istilah tatanan sosial atau struktur sosial atau sistem sosial dalam pandangan Weber. Dalam masyarakat indonesia yang majemuk, kerangka analisis Weber sangat relevan. Dia menekan konflik yang terjadi antara institusi sosial, antara tatanan yang satu melawan yang lain hanya karena iandividu yang ingin dipengaruhi. Dan individu itu bebas, sehingga tatanan-tatanan ini harus benar-benar bersaingan untuk merebut individu ini.

Heru Cahyono, Mahasiswa Fakultas Dakwah Prodi KPI UIN SUKA Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar