menurut Hedebro (1979) mengidentifikasi tiga aspek komunikasi dan pembangunan yang berkaitan dengan tinggkat analisanya
1) Pendekatan yang berfokus pada pembangunan suatu bangsa dan bagaimana media massa dapat menyumbang dalam upaya tersebut.
2) Pendekatan yang juga dimaksudkan untuk memahami peranan media massa dalam pembangunan nasional, namun jauh lebih spesifik.
3) Pendekatan yang berorientasi pada perubahan yang terjadi pada suatu komunitas local atau desa.
Kebanyakan teori-teori pembangunan saat ini, ternyata dikembangkan dalam tradisi teori pertumbuhan ekonomi, yaitu berisi gambaran mengenai proses perubahan ekonomi yang telah berlangsung di negara-negara maju. Titik tolak teoro-teori tersebut selau bermula dari memperbedakan faktor-faktor dasar produksi yang sudah tersohor itu, yakni: tanah, modal, dan tenaga kerja.
relevansinya dengan peranan komunikasi adalah penekanan yang diberikan kepada analisa yang lebih mendalam pada masalah efek komunikasi. Ada dua hal yang mencerminkan hal tersebut, yaitu:
1) Perhatian terhadap proses internal yang terjadi pada suatu pesan dasar diterima-suatu proses intrapsikis yang terjadi dalam diri seseorang (within-self communication)-dan,
2) Bahwa sementara ongkos medernisasi boleh jadi demikian besarnya, namun pada tingkat tertentu dapat diatasi melalui sistem komunikasi.
Menurut McClelland, dalam pembangunan ekonomi,kekuatan yang merangkum masyarakat adalah bergerak dari tradisi yang melembaga ke opini public yang dapat mengakomodir perubahan, dan hubungan interpersonal yang spesifik dan fungsional. Dengan berlangsungnya pembangunan, muncul bentuk-bentuk hubungan baru yangmemerlukan norma-norma baru pula sebagai hasil consensus bersama. Untuk menyebarluaskan norma-norma baru itu, tentunya komunikasi merupakan suatu instrument yabg utama.
Pandangan Ilmu Komunikasi
Schramm (1964) merumuskan tugas pokok komunikasi dalam suatu perubahan sosial dalam rangka pembangunan nasional, yaitu:
1) Menyampaikan kepada masyarakat, informasi tentang pembangunan nasioanal, agar mereka memusatkan perhatian pada kebutuhan akan perubahan, kesempatan dan cara mengadakan perubahan, dan membangkitkan aspirasi nasional.
2) Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatka semua pihak yang membuat keputusan mengenai perubahan, memberikan kesempatan kepada para pemimpinmasyarakat untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat kecil, dan menciptakn arus informasi yang berjalan lancer dari bawah ke atas.
3) Mendidik tenaga kerja yang diperlukan pembangunan, sejak orang dewasa, hingga anak-anak, sejak pelajaran baca tulis, hingga keterampilan teknis yang mengubah hidup masyarakat.
Menurut Schramm, media massa juga berfungsi sebagai pemberi informaasi, pebuatan keputusan, dan sebagai pendidik.
Bukan Propaganda, Apalagi Indoktrinasi
Pye (1964) mengungkapkan bahhwa banyak pemerintah yang menaruh harapan yang berlebihan mengenai pengaruh yang dapat dilakukan media massa secara sendirian dalam mengubah masyarakat yang terikat pada tradisi. Pada saat yang sama masih pula ada pemelerintah yang berusaha mmerintah dengan menggunakan propaganda dan demagogi yang melembaga. Propaganda adalah suatu jenis komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi pandangan dan reaksi terlepas apakah benar ataupun salah isi pesan yang disampaikan. Sedangkan demagogi aih dengan kemapuan adalah usaha mempengaruhi dan mempersonakan khalayak lebih dengan kemampuan retorika, dan bukkan rasio. Menurut Pye, tidak satupun pendekatan tersebut yang menghampiri konsep yang tepat bagi komunikasi dalam meneruskan pembangunan nasional. Sebenarnya, dalam pandangan Pye, focus kebijakan komunikasi hanya sebagian untuk deseminasi ide-ide baru, teknik-teknik baru, dan imej-imej baru.
KONSEP TEORITIS KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Komunikasi Pembangunan Dalam Arti Luas dan Terbatas
Dalam arti yang luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbale balik) di antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan terutama antara msyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembangunan.
Dalam ati sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas.
Beberapa ulasan mengenai komunikasi pembangunan juga diungakapkan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah :
Studi Lerner
Pada pokoknya, Lerner mengemukakan bahwa modernisasi suatu bangsa dimulai dari terjadinya urbanisasi. Menurutnya, untuk bisa berubah menjadi modern, anggota masyarakat harus memiliki mobilitas baik dalam arti fisik, maupun psikis. Namun kurang lebih dua puluh tahun kemudian, Lerner memperbaiki beberapa hal dari teori modernisasi yang ia kemukakan sebelumnya, yaitu :
1. Urbanisasi tidak lagi sebagai langkah pertama. Sebagai gantinya adalah melek huruf dan pengenaan media, lalu bergerak menuju partisipasi.
2. Indikator partisipasi politik bukan lagi hanya pemberian suara di pemili, tapi sedang dicarikan indicator lain yang bersifat psikologis semacam “empati”.
3. Lerner tidak lagi menyebut keseluruhan proses tersebut sebagai modernisasi, tapi mengantinya dengan perubahan.
4. Kerena itu, faktor yang dikemukakan sebelumnya (urbanisasi, melek huruf, pengenaan media dan partisipasi) tidak lagi disebut sebagai indicator kemodernan, tapi sebagai kecenderungan kepada perubahan (proencity to chabge) atau kesiapan orang untuk mencoba hal-hal yang baru.
Studi McClelland
Dalam studinya yang berjudul The achieving Society (1961) ia berkesimpulan bahwa untuk memajukan suatu masyarakat harus dimulai dengan merubah sikap mental (attitude) para anggotanya. Menurut penelitiannya, sejarah menunjukkan bahwa masyarakat yang telah maju ternyata didorong oleh “kebuuhan untuk pencapaian sesuatu atau need for achievement tersebut.
Studi Wilbur Schramm
Dalam laporannya yang berjudul Mass Media and National Development: The Role of Information in Developing Countries (1964), pada pokoknya Schramm mengungkapkan bahwa media massa dapat berperan dalam beberapa hal. Yang paling pokok adalah dapat membantu menyebarluaskan informasi tentang pembangunan, dapat mengajarkan melek huruf, serta keterampilan lainnya yang memang dibutuhkan untuk membangun masyarakat dan dapat penyalur suara masyarakat agar mereka dapat turut ambil bagian dalam pembuatan keputusan di negaranya. Sejumlah peran lainnya bagi media massa dalam pembangunan adalah:
1. Meluaskan wawasan masyarakat
2. Memfokuskan perhatian masyarakat pada pembangunan
3. Meningkatkan aspirasi
4. Membantu merubah sikap dan praktek yang dianut
5. Memberi masukan untuk saluran komunikasi antar pribadi
6. Mmberi status
7. Memperlebar dialog kebijakan
8. Mnegakkan norma-norma sosial
9. Membantu membentuk selera
10. Mempengaruhi nilai-nilai yang kurang teguh dianut dan menyalurkan sikap yang lebih kuat.
11. Membantu berbagi jenis pendidikan dan pelatihan.
Studi Inkeles dan Smith
Pada pokoknya, inkeles dan smith mempertanyakan (1) apa sebab yang ditimbulkan oleh modernisasi terhadap sikap, nilai, dan pandangan hidup seseorang, dan (2) apakah negara-negara berkembang akan memiliki sikap hidup yang lebih modern dibanding masa sebelumnya, kalu negara tersebut berinteraksi dengan negara barat yang telah lebih dahulu memiliki sekap dan pandangan hidup modern.Ciri-ciri menusi modern menurut mereka adalah : terbuka pada pengalan baru, semakin tidak tergantung (independen) pada berbagai bentuk kekuasaan tradisional (raja,suku,dsb), percaya kepada ilmu pengetahuan dan kemampuannya menaklukkan alam, berorientasi mobilitas dan ambisi hidup yang tinggi, memiliki rencana yang panjang, dan aktif dalam pencaturan politik.
Teori Difusi Inovasi
Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), studi difusi mengkaji pesan-pesan berupa ide-ide ataupun gagasan-gagasan baru. Pada masyarakat yang sedang membangun seperti di negara-negara berkembang, penyebarserapan (difusi) inovasi terjadi terus menerus dari suati tempat ke tempat yang lain. Difusi inovasi sebagai suatu gejala kemasyarakatan berlangsung berbarengan dengan perubahan sosial yang terjadi. Berlangsungnya suatu perubahan sosial, diantaranya disebabkan diperkenalkannya ataupun dimasukkannya hal-hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide baru. Hal-hal yang baru tersebut dikenal sebagia inovasi.
Masuknya inovasi ke tengah suatu sistem sosial terutama karena terjadinya komunikasi antaranggota suatu masyarakat, ataupun antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Dengan demikian, komunikasi merupakan faktor yang penting dalam pembentika sebuah inovasi. Dalam proses penyebarserapan inovasi terdapat unsure-unsur yang terdiri dari suatu inovasi, yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu, dalam suatu jangka waktu, dan diantara para anggota suatu sistem sosial. Dalam pandangan masyarakat yang menjadi klie dalm penyebarserapan inovasi, ada lima atribut yang menandai setiap gagasan ataupu cara-cara baru yang dimaksud, yaitu: keuntungan-keuntungan relative, keserasian, kerumitan, dapat dicobakan, dan dapat dilihat. Masyarakat yang menghadapi penyebarserapan inovasi dikelompokkan dalam beberapa golongan yaitu : innovator, penerima dini, mayoritas dini, mayoritas belakangan, dan laggard. Dalam penerimaan suatu inovasi, biasanya seseorang melui sejumlah tahapan, yaitu: tahap pengetahuan, tahap bujukan, tahap putusan, tahap implementasi, dan tahap pemastian.
Agen-egen Perubahan: Tugas dan Peranannya
Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat ditandai dengan adanya sejumlah orang yang mempelopori, mengerakkan, dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut (agen perubahan). Kualifikasi dasar agen perubahan menurut Duncan dan Zaltman merupakan tiga yang utama di antara sekian banyak kompetisi yang mereka miliki, yaitu: kualifikasi teknis, kemampuan administrative, dan hubungan antar pribadi. Agen-agen perubahan itu menurut Rogers dan Shoemaker berfungsi sebagai merantai komunikasi antardua atau lebih sistem sosial. Peranan utama seorang agen perubahan (Havelock,1973;hlm.7) adalah sebagai katalisator, sebagai pemberi pemecahan persoalan, sebagai pembantu proses perubahan, dan sebagai penghubung. Keseluruhan peran agen tersebutdapat dikelompokkan menjadi peran yang laten dan manifest (O’orman,1976). Peran manifes adalah peran yang kelihatan “dipermukan” antara hubungan antara agen perubahan dengan kliennya, dan merupakan peran yang dengan sadar dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan peran yang laten merupakan peran yang timbul dari “arus bawah” yang member petunjuk bagi si agen dalam mengambil tindakan.
“Orang Luar” dan “Orang Dalam” Sebagai Agen Prubahan
Sebagai insider dari sistem sosial yang dimaksud, agen perubahan memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
a) Dia memahami sistem sosial yang bersangkutan.
b) Dia berbicara dalam bahasa yang dimengerti oleh masyarakat setempat.
c) Dia biasa mengidentifikasi kebutuhan dan aspirasi dari sistem sosial yang bersangkutan.
d) Dia bisa mengidentifikasi kebutuhan dan aspirasi dari sistem sosial yang bersangkutan.
e) Dia merupakan seseorang yang telah dikenal di tengah masyarakat setempat.
Adapu kerugian-kerugian yang dialami seorang agen perubahan yang insider bagi suatu sistem sosial tempatnya bertugas adalah:
1) Ada kemungkina dia kurang memiliki perspektif.
2) Mungkin dia tidak memiliki kemampuan khusus ataupun keterampilan yang relevan dengan inovasi yang hendak didifusikan.
3) Dia mungkin tidak mempunyai basis kekuasaan yang cukup.
4) Mungkin ia harus menanggungkan akibat kegagalannya di masa lalu, atau bila ia pernah sukses di waktu silam maka hal itu akan membangkitkan kecemburuan terhadapnya.
5) Boleh jadi ia tidak memiliki kebebasan bergerak yang merupakan prasyarat bagi seseorang agen perubahan yang efektif.
6) Ada pula kemungkinan ia mengalami kesulitan dalam merumuskan hubungannya dengan anggota masyarakat setempat.
Keuntungan agen perubahan yang outsider:
1) Ia memulai tugasnya dengan suatu kesegaran dan tidak dibebani oleh sesuatu stereotip yang negative.
2) Ia berada pada posisi yang memungkinnnya memandang permasalahan secara perspektif.
3) Dia independen dari struktur kekuasaan setempat.
Kerugian yang dialami oleh egen perubahan outsider:
1) Sering kali dianggap sebagai ancaman bagi mesyarakat setempat karena statusnya sebagai orang asing.
2) Kurang mengetahui keadaan dalam masyarakat setempat.
3) Tidak mampu mengidentifikasikan keadaan masyarakat setempat.
Merintis Hubungan Baik Dengan Klien
Dalam menjalin hubungan dengan klien, Havelock (1973) mengajukan agar agen perubahan memperhatikan 4 hal :
1) Sikap bersahabat
2) Kesamaan
3) Manfaat
4) Responsif
Beberapa Pendekatan Terhadap Komunikasi dan Pembangunan
Dissayanake (1981), mengambarkan pembanguna sebagai proses perubahan sosial yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dari seluruh atau mayoritas masyarakat tanpa merusak lingkungan alam dan cultural tempat mereka berada, dan berusaha melibatkan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam usaha ini dan menjadikan mereka penentu dari tujuan mereka sendiri. Ia mengelompokkan komunikasi pembangunan sebagai berikut:
Pendeketan 1
Pada akhir 50an dan selama tahun 60an, pendekatan inilah yang dominan. Pendekatan ini menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang cepat melalui industrialisasi. Ketika itu diyakini bahwa akumulasi modal melalui mekanisme tabungan dan investasi merupakan mesin penggerak pembangunan. Karena itu penekanannya dititkkberatkan pada industry berat, teknologi-teknologi padat modal, dan urbanisasi. Para ahli tersebut berpendapat bahwa media massa dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi terlaksananya pembangunan. Tetapi kemudian pendekatan ini dirasa tidak memenuhi harapan. Dan mengajuka kritik antara lain:
1) Pendekatan ini dinilai etnosentrik.
2) Pendekatan ini telah menempatkan suatu pandangan sejarah yang unlinear yang berkaitan dengan butir pertama dia atas.
3) Pendekatan ini berkonsentrasi hanya pada faktor-faktor endongen dalam pembangunan.
4) Pendekatan ini membeir tekanan yang amat besar pada individual.
Pendekatan 2
Pengalaman dengan pendekatan I tadi mendorong para ahli komunikasi untuk membentuk strategi baru, dan berusaha menjawab permasalahn pokok berikut ini:
1) Bagimana caranya agar dengan melaksanakan pembangunan dapat dicapai suatu keadilan yang distributive.
2) Bagaimana gar ide-ide kemadirian, pengelolaan sendiri, pembangunan sendiri, dan partisipasi rakyat dapat dipenuhi.
3) Bagaimana agar media komunikasi yang lama dan yang baru dapat secara purposive diterpadukan?
4) Seampuh apakah kebudayaan dapat dijadikan suatu sekutu da pembantu pembangunan?
5) Bagaimana agar seseorang dapat menyusun suatu model komunikasi pembangunan yang lebih sadar sejarah dan spesifik untuk suatu masyarakat?
6) Bagaimana agar seseorang dapat mempertimbangkan faktor-faktor structural yang menghambat pembangunan?
Pendekatan 3
Menurut pendekatan ini peran komunikasi dalam pembanguna adalah:
1) Pendidikan
2) Strategi komunikasi hendaklah memobilisasi dukungan bagi penataan kembali masyarakat secara structural.
3) Tekanan pada saluran komunikasi antarpribadi.
Pendekatan 4
Pendekatan ini ditandai dengan penekana yang eksplisit pada gagasan untuk mengandalkan kemampuan diri sendiri. Selain itu, pendekatan ini juga sedang menyusun bentuk secara utuh ini mencerminkan keinginan untuk secara strategic memadukan sejumlah ide yang berkaitan dengan pembangunan yang tumbuh belakangan ini. Adapun ide yang dimaksud adalah:
1) Memaksimalkan partisipasi rakyat
2) Memulai dan mendasarkan pembangunan pada masyarakat yang paling bawah.
3) Pembangunan desa secara terpadu
4) Penggunaan teknologi tepat guna
5) Pemenuhan sejumlah kebutuhan dasar.
Strategi Komunikasi Pembangunan
Menurut AED (1985), ada empat strategi komunikasi pembanguna n yag telah digunakan selama ini, yaitu:
1) Strategi-strategi yang didasarkan pada media yang dipakai.
2) Strategi-strategi disain instruksional.
3) Strategi-strategi partisipatori
4) Strategi-strategi pemasaran.
Heru Cahyono, Mahasiswa Fakultas Dakwah Prodi KPI UIN SUKA Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar