Jumat, 12 Agustus 2011

Moral dalam Menjalankan PROPAGANDA

MORALITAS PROPAGANDIS

integritas menunjukkan sikap bahwa jiwa dan dirinya terkotak-kotak, konsekuen, dan sama dalam pelbagai kehidupan menurut suatu pola kepribadian yang tidak dibuat-buat, apa itu dalam pergaulan antarpribadi pekerjaan dan dalam kegiatan politik.

Orang integriter adalah orang yang jujur, lugu, meskipun tidak naif atau polos, asli berdasarkan kekuatan kepribadian yang tidak memaksanya untuk terus menerus menyembunyikan wujud yang sebenarnya. Apa yang digambarkan pada diri orang yang mempuyai integritas tersebut di atas menggambarkan jiwa moralitas seseorang.



A. Pentingnya Moralitas

Hal lain yang menjadi landasan kenapa moralitas penting untuk diwujudkan oleh propagandis, karena ia berurusan dengan banyak orang. Sedangkan masing-masing orang-orang mempunyai aspirasi yang berbeda, tuntutan dan kebutuhan yang berbeda. Propagandis dalam hal ini harus mendasarkan perilakunya pada aspek-aspek yang lebih luas dan bukan pada dirinya sendiri. Sebab, selama ini yang dikenal adalah propagandis melakukan kegiatan propaganda untuk mewujudkan ambisi pribadi.

Moralitas juga menumbuhkan orang bersikap sportif. Artinya, mau mengakui kesalahan dirinya sendiri dan di sisi lain “angkat topi” untuk keunggulan pihak lain. Selanjutnya, kejujuran tertanam dalam diri propagandis. Sportif juga membutuhkan kejujuran. Dengan demikian, moralitas menjadi sesuatu yang tak bisa dihilangkan dan harus tertancap kuat dalam diri propagandis.

B. Kelemahan Moral

Kelemahan moral yang paling terasa adalah karena tanggung jawab ada pada diri masing-masing. Hal demikian juga pernah dikhawatirkan oleh Kuntowijiyo dalam melihat perilaku politik keagamaan.

Kekhawatiran itu juga bisa ditimpakan pada masalah moral propagandis. Dalam dunia politik kadang sering dipersepsikan hanya ada lawan atau kawan. Maka nyaris dalam politik ada usaha menghalalkan segala cara. Padahal sebenarnya dalam politik juga bisa dikembangkan politik yang bermoral. Meskipun hal demikian tidak mudah dilaksanakan. Maka alangkah lebih baiknya seandainya moral itu juga didukung oleh jaminan kepastian hukum sebagai rule of the game yang jelas.



C. Memupuk Kesadaran

Dalam hal ini usaha memupuk agar pengaruh propaganda tidak berimplikasi negatif tidak hanya terletak pada propagandis, tetapi juga sasaran propaganda. Bagi propagandis, ia juga harus bisa belajar dari orang lain.

Jika pada akhirnya berimplikasi negatif, maka ia harus sadar dengan mengurungkan niat untuk mempropagandakan. Itu artinya pula, akan lebih baik jika dipropagandakan memang objektif atau kalau perlu melalui suatu penelitian ilmiah. Sedang bagi sasaran, jangan hanya menerima begitu saja yang datang dari propagandis. Sasaran harus selektif apakah memang yang disampaikan benar atau tidak. Jika pada akhirnya bukan hal yang tabu untuk menanyakan pada orang yang dianggap lebih tahu. Dalam hal ini sharing ide dengan berbagai pihak, belajar dari banyak hal, bergaul dengan berbagai kelompok masyarakat, sedikit banyak akan menolong.

Heru Cahyono, Mahasiswa Fakultas Dakwah Prodi KPI UIN SUKA Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar